Sebagai seorang yang punya pengalaman mengelola keuangan perusahaan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie paham betul bahwa mafia perpajakan bukan hal yang baru. Bahkan Marzuki pernah mengalami sendiri kelakuan mafia di jajaran Direktorat Jenderal Pajak itu.
"Ini sistem," katanya. "Susah diberantas. Tapi dengan reformasi pelan-pelan diharapkan ini akan bisa dihabisi," ujar Marzuki di DPR, Jakarta, Rabu 31 Maret 2010.
Marzuki menjelaskan bahwa sudah menyampaikan kepada kantor pajak pengalamannya mengenai kejahatan mafia pajak adalah kejahatan sistem. "Itu tidak bisa satu orang, tapi melibatkan banyak orang. Makanya saya bilang sistemnya bagus, orangnya capable, tapi prakteknya tidak sehat," kata Marzuki. Karena itu, Marzuki juga yakin, Gayus Tambunan, pegawai pajak yang ditemukan miliaran rupiah di rekeningnya, tidak sendirian melakukan kejahatan.
Marzuki pun mengaku pernah mengalami ditekan oknum pajak seperti itu ketika hendak membayar pajak pertambahan nilai (PPN) perusahaannya di Lampung. "Oknum pejabat pajak Lampung itu menyuruh kami membayar berapa miliar rupiah. Saya bilang, sampai mati saya nggak akan bayar, laporkan sampai ke Menteri Keuangan pun saya siap," kata dia.
Negosiasi buntu. Marzuki berani karena merasa posisinya benar. "Akhirnya kita hanya kasih uang rapat. Itu yang berbahaya. Ini yang meresahkan wajib pajak," kata Marzuki.
Jadi, itulah modus pertama para mafia pajak itu. Nilai pajak yang misalnya 100 digandakan jadi 1.000 namun yang disetor ke negara tetap 100. Akhirnya terjadilah negosiasi agar membayar 200 saja.
Modus kedua, lanjut Marzuki, adalah yang dampaknya merugikan negara. Misalnya beban pajaknya 1.000, tetapi ternyata bisa dibayar hanya dengan 500 saja. Rinciannya adalah yang masuk kas negara 200, kemudian yang 300 ke kantong pejabat.
Oleh karena itu Marzuki mengapresiasi pihak kepolisian cepat bereaksi mengusut dan meringkus Gayus. Marzuki pun meminta orang-orang yang terkait dengan kejahatan yang dilakukan Gayus juga diproses hukum.
Marzuki juga mendukung mafia pajak berantas dberantas. Tapi Marzuki tidak setuju jika ada gerakan boikot bayar pajak. "Sebab, pajak adalah darahnya negara," kata Marzuki.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar