Selasa, 27 April 2010
Film Kartun Karya Hamas Bikin Israel Berang
VIVAnews - Kelompok perjuangan Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, Hamas, kembali membuat Israel geram. Kali ini bukan karena serangan roket secara sporadis, melainkan siaran film kartun dengan menampilkan foto dan rekaman suara seorang prajurit Israel, yang telah bertahun-tahun disandera Hamas.
Ditayangkan pada hari Minggu, 25 April 2010, film kartun itu menampilkan foto Gilad Schalit, prajurit Israel yang telah ditahan sejak Juni 2006. Video tersebut juga menampilkan ayah Shalit, Noam Shalit, dalam format kartun, yang sedang keluyuran di jalanan kota Tel Aviv sambil membawa foto putranya.
Rekaman audio dalam video tersebut juga menggunakan suara Gilad, yang telah dipublikasikan oleh Hamas September tahun lalu.
Pada adegan berikut, Noam akhirnya berhadapan dengan sebuah peti mati dengan bendera Israel. Adegan tersebut seakan memperingatkan bahwa akan terjadi kemungkinan buruk bila kesepakatan antara Israel dan Hamas tidak kunjung terwujud. Tayangan kartun tersebut ditutup dengan kalimat berbunyi "Masih ada harapan".
Film itu membuat Israel geram. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan dengan menyebut kelompok Hamas kembali bertindak pengecut.
"Ini merupakan tindakan pengecut lain oleh Hamas dengan tujuan membuat pemimpin mereka menghindari mengambil sebuah keputusan mengenai proposal mediasi baru-baru ini," kata Netanyahu, seperti dikutip dari laman ABC News.
Film karya Hamas dan kemarahan Israel jelas membuat rumit upaya perundingan kedua pihak mengenai pertukaran tahanan, yang belum menghasilkan terobosan. Perundingan itu sendiri difasilitasi oleh seorang mediator Jerman.
Sumber dari pemerintah Israel mengatakan, Hamas belum merespon positif tawaran terbaru dari Israel untuk membebaskan ratusan tawanan Palestina.
Perundingan selama berbulan-bulan hanya berkisar pada pembebasan tawanan tokoh-tokoh Palestina yang dianggap militan oleh Israel. Netanyahu dikabarkan tidak rela membebaskan pimpinan senior tersebut, dan sejak saat itu perundingan selalu terhambat. (hs)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar